Satu lagi
teori dasar dalam ilmu Hubungan Internasional adalah Liberalisme. Liberalisme
dapat dikatakan kebalikan dari Realisme. Jika Realisme memandang manusia dari
segi negatif dan bersikap pesimis terhadap interaksi internasional, maka
liberalisme sebaliknya. Liberalisme memandang manusia dari segi positif dan
bersikap optimis dalam interaksinya antarnegara. Meski begitu, liberalisme
sependapat dengan pandangan realisme bahwa tiap individu bersifat egois,
berlomba untuk memenangkan kepentingannya masing-masing. Namun, yang berbeda
adalah dalam cara pencapaiannya. Dalam liberalisme, terdapat beberapa konsep
utama, yaitu keamanan bersama, international anarchy, Liga Bangsa-Bangsa, dan
bahwa perang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia.
Dalam
liberalisme, individu merupakan aktor yang terpenting dalam hubungan
internasional. Negara bukan aktor terpenting, karena negara ada yang mengatur,
yaitu sekelompok individu. Tanpa individu-individu yang bergerak di sektor
pemerintahan, negara tidak akan ”hidup”. Namun, dalam liberalisme, bukan hanya
aktor yang berkecimpung dalam pemerintahan saja yang berperan, aktor non-state
juga turut memegang peranan penting dalam hubungan internasional.
Terdapat lima karakteristik dasar dalam
liberalisme. Yang pertama, manusia selalu dipandang positif, pada dasarnya
manusia itu baik dan suka mencari teman (kerja sama) daripada mencari lawan.
Yang kedua, percaya tentang kemungkinan akan adanya kemajuan dalam hubungan
internasional. Kemudian karakteristik yang selanjutnya yaitu, bahwa negara
dikontrol oleh individu. Di sini berarti, jika perilaku negara dalam lingkup
domestik baik, maka perilakunya dalam lingkup internasional pun juga baik. Yang
berikutnya yaitu meningkatkan interdependensi (kerja sama), maka konflik dapat
diminimalisir. Dan karakteristik yang terakhir yaitu manusia pada dasarnya baik
dan mampu berpikir positif. Hal ini mirip dengan karakteistik yang pertama.
Dari
kelima karalteristik yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwamain
agenda dari liberalism adalah perdamaian, dan kerja sama. Seperti apa yang
dikemukakan oleh David Mitrany, bahwa negara-negara di dunia bisa bekerja sama
untuk menciptakan perdamaian dunia (Mitrany, 1993).
Perdamaian
merupakan poin utama dalam liberalisme, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Atas dasar inilah para liberalis mencari cara untuk mengatur negara-negara di
dunia agar tetap menjaga perdamaian. Namun, pada awalnya hal ini dirasa sulit,
mengingat adanya sistem anarki pada hampir setiap negara. Seperti yang kita
ketahui, anarki berarti tidak adanya kekuatan supranasional di atas kekuatan
negara. Hingga pada akhirnya sistem anarki ini bisa diatasi dengan kerjasama,
bahwa suatu negara tidak dapat hidup tanpa bantuan negara lain. Oleh karena
itu, dibentuklah suatu organisasi yang diharapkan mampu menjaga perdamaian di
dunia, yaitu Liga Bangsa-Bangsa atau League of Nations. Hal ini mirip dengan
apa yang pernah diidamkan oleh Immanuel Kant dan tertera dalam bukunya, A
Working Peace System. Kant menginginkan adanya adanya World Givernment atau
negara dunia dan perlunya diciptakan collective security untuk menjaga
perdamaian dunia. Namun saying, baru beberapa tahun, berjalan, LBB kemudian
dibubarkan karena dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya, terbukti dengan
meletusnya Perang Dunia ke 2.
Dalam ilmu
Hubungan Internasional, liberalisme ada beberapa macam, yaitu Liberal
Institutionalism, Liberal Internationalism, dan Idealism. Dalam Liberal
Institutionalism,dikemukakan beberapa konsep, yang pertama bahwa aktor bersifat
plural. Jadi, negara bukanlah satu-satunya aktor, masih banyak aktor lain
selain negara. Kemudian, integrasi dan kerja sama antarnegara dapat mengurangi
konflik dan dapat menyelesaikan masalah bersama. Selanjutnya, apabila terdapat
suatu kerja sama dalam satu sektor, maka akan bermunculan bentuk kerja sama
lain di lain sektor. Liberalisme ini disebut juga sebagai liberalisme
interdependensi. Kemudian, dalam Liberal Internasionalism memiliki konsep yang
salah satunya adalah, bahwa interdependensi atau kerja sama dua pihak dalam
bidang ekonomi dapat memperkuat perdamaian. Di Amerika, liberalisme seirng juga
disebut dengan idealism, namun ternyata dia mempunyai konsep sendiri, meski
konsep dasarnya sama. Dalam idealism, disebutkan bahwa perdamaian tidak terjadi
begitu saja, namun harus diciptakan oleh collective security atau keamanan umum
yang sifatnya berlaku untuk selamanya. Kemudian, apa yang terjadi dalam tatanan
nasional suatu negara juga terjadi atau ada dalam tatanan internasional.
Pada
intinya, liberalism sangat menjunjung tinggi perdamaian. Agar perdamaian
terwujud, yang dibutuhkan adalah adanya kerja sama antarnegara dalam berbagai
sektor. Dengan adanya kerja sama, maka negara tidak perlu berperang dengan
negara lain untuk mendapatkan kepentingannya.
Referensi :
Jackson, Robert, dan Georg Sorensen, 2005. Pengantar Studi
Hubungan Internasional (terj. Dadan
Suryadipura, Introduction to International Relations). Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Wardhani, Baiq. “Teori Hubungan Internasional :
Liberalisme.” dalam kuliah Teori Hubungan Internasional. Universitas Airlangga,
Surabaya. 15 Maret 2012.
http://mentari_rasfi-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-43696-Theories%20of%20International%20Relations-Liberalisme%20Dalam%20Hubungan%20Internasional.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar