Selasa, 30 Oktober 2012

Rasionalisme - English School of Thought

Perdebatan-perdebatan besar (Great Debates) yang terjadi antara perspektif satu dengan yang lain seringkali berlangsung lama dan berakhir dengan seri, atau tidak ada pihak yang menang maupun kalah. Di antara perspektif yang terlibat dalam perdebatan besar tersebut, yaitu liberalisme dengan realisme. Bahkan hingga saat ini perdebatan antara kedua belah pihak ini masih terus berlanjut. Di antara kedua perspektif yang sedang berdebat ini, muncullah sebuah penengah, yaitu English School of Thought. English School ini merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh Roy Jones pada tahun 1970-an, untuk menyebut sebuah kelompok pemikiran British di mana mereka menggunakan teori International Society atau Masyarakat Internasional sebagai pemikiran utama mereka. Dalam perdebatan yang terjadi antara realisme dan liberalisme, rasionalisme mengambil jalan tengah, dengan cara mengambil elemen-elemen yang terbaik dari kedua perspektif tersebut. Para pemikir utama dalam English School antara lain seperti Martin Wight, Hedley Bull, Barry Buzan, dan lain-lain.
            Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pemikiran utama English School adalah mengenai Masyarakat Internasional. mereka berpandangan bahwa Hubungan internasional tidak hanya dipandang dari hubungan antar negara saja , tetapi harus melihat sistem global secara keseluruhan. Selain itu, English School juga sangat mengutamakan moralitas dan HAM sebagai dasar fundamental dalam masyarakat internasional.
            Dalam pemikirannya, English School menggunakan perspektif Rasionalisme. Rasionalisme berasal dari kata “ratio” yang berarti akal. Mereka beranggapan bahwa kebenaran berasal dari akal pikiran. Ini berarti, perspektif rasionalisme berdasarkan pada pemikiran yang rasional, pemikiran yang masuk akal dengan cara mengambil solusi yang terbaik untuk menyelesaikan suatu konflik atau masalah. Dalam Hubungan Internasional, rasionalisme digunakan untuk menjelaskan perilaku aktor. Karena rasionalisme sangat mementingkan norma-norma, moralitas dan hak asasi manusia.
Kemunculan rasionalisme bertujuan untuk memberi jalan tengah antara realisme dan liberalisme. Itu karena rasionalisme tidak menyetujui pandangan yang diberikan oleh masing-masing realisme dan liberalisme. Para rasionalis mengkritik liberalisme dan realisme dengan cara ”menggabungkan” beberapa elemen dari perspektif mereka untuk dijadikan sebuah perspektif baru. Rasionalisme mengambil elemen-elemen yang terbaik di antara realisme dan liberalisme guna mendapatkan solusi terbaik untuk menjelaskan fenomena hubungan internasional. Oleh karena itu, rasionalisme juga disebut sebagai via media antara realisme dan liberalisme.
            Sebagai via media, rasionalisme mengambil beberapa elemen dari realisme dan liberalisme dengan tidak memihak kepada salah satu dari keduanya. Rasionalisme mengakui adanya aktor non-state atau aktor individual dalam hubungan internasional, namun bagi mereka, yang memegang peranan sebagai main actor tetap negara. Sistem anarki tetap diakui, namun mereka tetap menganggap penting interaksi antar negara. Oleh karena itu, mereka percaya terhadap adanya masyarakat internasional. Di sini, terdapat anarki internasional, namun tidak ada pemerintahan dunia. Anarki internasional hanyalah sebuah kondisi sosial di mana terdapat suatu politik dunia. Oleh karena itu, para rasionalis sangat menginginkan adanya suatu hukum internasional yang bisa mengatur masyarakat internasional.
            Rasionalisme menjadi via media bagi realisme dan liberalisme karena rasionalisme tidak setuju dan mengkritik beberapa konsep dalam realisme dan liberalisme. Selain menyumbangkan kritikan kepada liberalis dan realis, rasionalisme pun tak luput dari kritik oleh pihak lain. Michael Joseph Oakeshott, seorang filsuf inggris, menyebutkan bahwa rasionalisme tidak mempunyai negative capability (oakeshott, 1962). Hal ini dikarenakan rasionalisme selalu mencari jalan yang ”terbaik” di antara dua perdebatan.


Referensi :

1. Dunne, Tim, 2007. The English School, in; Tim Dunne, Milja Kurki & Steve Smith (eds.) International Relations Theories, Oxford University Press, pp. 127-147.
Linklater, Andrew, 2001. Rationalism, in; Scott Burchill, et al, Theories of International Relations, Palgrave, pp. 103-128.

2. Jackson, Robert & Sorensen, Georg, 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional   (terj. Dadan Suryadipura, Introduction to International Relations). Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

3. http://mentari_rasfi-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48852-Theories%20of%20International%20Relations-Rasionalisme%20%20English%20School%20of%20Thought.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar