Perdebatan-perdebatan besar (Great Debates)
yang terjadi antara perspektif satu dengan yang lain seringkali berlangsung
lama dan berakhir dengan seri, atau tidak ada pihak yang menang maupun kalah.
Di antara perspektif yang terlibat dalam perdebatan besar tersebut, yaitu
liberalisme dengan realisme. Bahkan hingga saat ini perdebatan antara kedua
belah pihak ini masih terus berlanjut. Di antara kedua perspektif yang sedang
berdebat ini, muncullah sebuah penengah, yaitu English School of Thought.
English School ini merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh Roy Jones pada
tahun 1970-an, untuk menyebut sebuah kelompok pemikiran British di mana mereka
menggunakan teori International Society atau Masyarakat Internasional sebagai
pemikiran utama mereka. Dalam perdebatan yang terjadi antara realisme dan
liberalisme, rasionalisme mengambil jalan tengah, dengan cara mengambil
elemen-elemen yang terbaik dari kedua perspektif tersebut. Para pemikir utama
dalam English School antara lain seperti Martin Wight, Hedley Bull, Barry
Buzan, dan lain-lain.
Seperti
yang telah disebutkan di atas, bahwa pemikiran utama English School adalah
mengenai Masyarakat Internasional. mereka berpandangan bahwa Hubungan
internasional tidak hanya dipandang dari hubungan antar negara saja , tetapi
harus melihat sistem global secara keseluruhan. Selain itu, English School juga
sangat mengutamakan moralitas dan HAM sebagai dasar fundamental dalam
masyarakat internasional.
Dalam
pemikirannya, English School menggunakan perspektif Rasionalisme. Rasionalisme
berasal dari kata “ratio” yang berarti akal. Mereka beranggapan bahwa kebenaran
berasal dari akal pikiran. Ini berarti, perspektif rasionalisme berdasarkan
pada pemikiran yang rasional, pemikiran yang masuk akal dengan cara mengambil
solusi yang terbaik untuk menyelesaikan suatu konflik atau masalah. Dalam
Hubungan Internasional, rasionalisme digunakan untuk menjelaskan perilaku
aktor. Karena rasionalisme sangat mementingkan norma-norma, moralitas dan hak
asasi manusia.
Kemunculan rasionalisme bertujuan untuk memberi jalan tengah
antara realisme dan liberalisme. Itu karena rasionalisme tidak menyetujui
pandangan yang diberikan oleh masing-masing realisme dan liberalisme. Para
rasionalis mengkritik liberalisme dan realisme dengan cara ”menggabungkan”
beberapa elemen dari perspektif mereka untuk dijadikan sebuah perspektif baru.
Rasionalisme mengambil elemen-elemen yang terbaik di antara realisme dan
liberalisme guna mendapatkan solusi terbaik untuk menjelaskan fenomena hubungan
internasional. Oleh karena itu, rasionalisme juga disebut sebagai via media
antara realisme dan liberalisme.
Sebagai
via media, rasionalisme mengambil beberapa elemen dari realisme dan liberalisme
dengan tidak memihak kepada salah satu dari keduanya. Rasionalisme mengakui
adanya aktor non-state atau aktor individual dalam hubungan internasional,
namun bagi mereka, yang memegang peranan sebagai main actor tetap negara.
Sistem anarki tetap diakui, namun mereka tetap menganggap penting interaksi
antar negara. Oleh karena itu, mereka percaya terhadap adanya masyarakat
internasional. Di sini, terdapat anarki internasional, namun tidak ada
pemerintahan dunia. Anarki internasional hanyalah sebuah kondisi sosial di mana
terdapat suatu politik dunia. Oleh karena itu, para rasionalis sangat
menginginkan adanya suatu hukum internasional yang bisa mengatur masyarakat
internasional.
Rasionalisme menjadi via media bagi realisme dan liberalisme karena
rasionalisme tidak setuju dan mengkritik beberapa konsep dalam realisme dan
liberalisme. Selain menyumbangkan kritikan kepada liberalis dan realis,
rasionalisme pun tak luput dari kritik oleh pihak lain. Michael Joseph
Oakeshott, seorang filsuf inggris, menyebutkan bahwa rasionalisme tidak mempunyai
negative capability (oakeshott, 1962). Hal ini dikarenakan rasionalisme selalu
mencari jalan yang ”terbaik” di antara dua perdebatan.
Referensi :
1. Dunne, Tim, 2007. The English School, in; Tim Dunne, Milja
Kurki & Steve Smith (eds.) International Relations Theories, Oxford
University Press, pp. 127-147.
Linklater, Andrew, 2001. Rationalism, in; Scott Burchill, et
al, Theories of International Relations, Palgrave, pp. 103-128.
2. Jackson, Robert & Sorensen, Georg, 2005. Pengantar Studi
Hubungan Internasional (terj. Dadan
Suryadipura, Introduction to International Relations). Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
3. http://mentari_rasfi-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48852-Theories%20of%20International%20Relations-Rasionalisme%20%20English%20School%20of%20Thought.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar